“Sebab
itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” 2
Timotius 2:22
Jika diperhatikan secara kasat
mata pada permukaannya, akan membawa kita pada suatu gambaran bahwa adanya
kesatuan antara pemuda, kehidupan kekristenan dan bagaimana cara seorang muda
menyikapi kehidupan masa kini dengan bijak dan mandiri.
Internalisasi (penyatuan) antara
unsur2 ini menunjukan keseluruhan perilaku pemuda/I kristiani saat menjalani
aktivitas kesehari-hariannya dalam era kontenporer (masa kini). Dan tentu, hal
ini menjadi titik sorotan atau perhatian secara serius. Keseriusan ini mengacu
pada sebuah pertanyaan reflektif dan mengandung makna ambiguitas bahwa dalam
menjalani kehidupan kita saat ini disadari atau tidakkah bahwa kita adalah diri
kita sendiri ataukah pencerminan dari orang lain? Dan ataukah kita hidup
sendiri atau juga bersama dengan orang lain?
Menggali lebih jauh mengenai
pertanyaan yang mengandung makna peroblematis ini tentunya akan mendatangkan
polemik (perdebatan), karena seakan-akan menggugat pemuda/I Kristen untuk
merenung tentang kehidupan kesehari-hariannya. Namun gugatan ini akan semakin
nyata apabila diletakan3 pada realitas/kenyataan objektif dalam mencermati pola
pergaulan pemuda/I masa kini.
Seberapa bijak dan mandiri kah kita sebagai pemuda Kristen dalam
menanggapi kenyataan-kenyataan hidup tersebut?
Dalam konteks ini, menjadi diri
sendiri adalah suatu kesungguhan untuk berefleksi diri. Agar melaluinya dapat
menjawab keberadaan sejatinya kita. Pertanyaan mengenai disadari atau tidakkah
bahwa kita adalah diri kita sendiri ataukah pencerminan dari orang lain? Dan
ataukah kita hidup sendiri atau juga bersama dengan orang lain?
Misalnya, melalui apa yang
disodorkan oleh media sangat memiliki pengaruh signifikan (peranan yang cukup
berarti) dalam pembentukan kepribadian kita. Dalam menentukan kebutuhan kitapun
terpengaruh oleh sodoran media. Apa yang kita butuhkan atau lakukan adalah apa
yang ditampilkan oleh media. Dan hal itulah yang disebut dengan klise masal
media. Akibatnya secara perlahan-lahan kita mengalami krisis identitas diri
atau kehilangan jati diri yang sejati.
Banyak hal yang bisa dianggap
tren bagi anak muda, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, cara
berdandan/bergaya, gaya hidup, tempat jalan-jalan, tempat hiburan, tempat
berbelanja, barang-barang mewah, musik, film, teknologi gadget, internet,
bahkan sampai kepada kebiasaan buruk yaitu merokok hingga kepada dunia gemerlap
(kehidupan malam).
Tekanan dari teman-teman sering
dialami bagi anak-anak muda yang tidak mau mengikuti tren-tren itu. Bukan suatu
hal yang mudah untuk menolak atau tidak mengikuti tren yang ada.
Sebagai anak muda yang mengenal
Tuhan, tentunya harus dengan cermat mengikuti tren-tren yang ada. Anak-anak
muda harus pintar-pintar memilih tren apa yang baik dan apa yang tidak baik
bagi mereka, agar tetap berjalan dalam kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari
jalanNya.
Melihat pada dekadensi
(kemerosotan) ini, maka pemberhentian dan mengupayakan untuk mengembalikan dan
mengangkat kepercayaan diri agar menjadi diri sendiri sudah menjadi suatu
keharusan. Perlu diingat : menjadi diri
sendiri bukan berarti mementingkan diri sendiri (individualis) ataupun juga
bukan berarti segala sesuatu adalah kehendak secara pribadi (subjektis). Tetapi
disini mengandung makna lebih mendalam bahwa kita adalah makluk sosial. Manusia
yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain dan kita adalah diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah, bukanlah berarti memiliki kekuasaan sama seperti Allah, tetapi kita
adalah ciptaan-Nya yang memiliki sifat-sifat Keilahian. Allah adalah Roh, jiwa
manusia adalah roh juga. Sifat-sifat hakiki dari roh ialah akal budi, hati
nurani dan kehendak. Roh adalah unsur yang mampu bernalar (Kej 2:15), bersifat
moral dan oleh karena itu juga berkehendak bebas. Dengan demikian manusia
berbeda dari semua makluk lain yang mendiami bumi. Manusia juga diberikan
kekuasaan untuk menguasai bumi beserta segala isinya ( Kejadian 1:26, 28).
Kesamaan lainnya dengan Allah juga bersifat sosial. ini
didasarkan pada sifat kasih sayang-Nya. walaupun manusia telah terjatuh ke
dalam dosa, namun Allah tetap menunjukan sikap persekutuan-Nya dengan manusia
(Kej 3:8). Disini ditunjukan hubungan komunikasi secara langsung antara manusia
dengan Allah. Ia menciptakan wanita, karena sebagaimana dikatakanNya sendiri,
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18). Jelaslah bahwa manusia
diciptakan dengan memiliki sifat sosial, sebagaimana Allah mempunyai sifat
sosial.
Kesamaan dengan Allah ini tidak
dapat dihapus, dan karena kesamaan tersebut memungkinkan manusia memperoleh
penebusan, maka kehidupan manusia yang belum dilahirkan baru juga berharga.
(Kej 4:15a. 9:6).
Akhirnya menjadi nyatalah bahwa
menjadi diri sendiri disini lebih mengarahkan kita untuk mencari identitas diri
melalui refleksi dalam penyatuan diri dengan Allah. Karena sebagai pemuda
Kristen, yang sesuai pengakuan iman kita adalah orang yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah. dan di dalam diri kitapun memiliki sifat-sifat
keilahian.
Sehingga dalam menghadapi
kehidupan masa kini, saat diperhadapkan dengan situasi dalam kehidupan
pergaulan kita, selayaknya kita harus mencerminkan sifat-sifat Allah, karena itu
adalah syukur. Dan ketika kita diperhadapkan dengan berbagai fenomena kehidupan
masa kini, kita tidak akan terhanyut dalam permainan pembentukan keinginan dan
kebutuhan melalui media. Ketika juga dipertemukan dengan kenyataan dalam
kesehari-harian kita, tentunya akan hadir sebagai yang memiliki sikap sosial
dan penuh kasih sayang untuk menganggap semua manusia adalah sama seperti diri
sendiri yang sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dan kita akan
berperan sebagai sahabat yang menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara
dalam kesukaran (Amsal 17:17). Akhirnya, dengan mengutip pada kitab Markus 4:
23 yang berbunyi “Barang Siapa Mempunyai Telinga Hendaklah Ia Mendengar”.
“Kehidupan yang tidak memberikan pengaruh positif bagi kehidupan orang lain adalah kehidupan yang tidak layak untuk dijalani.”
“Kehidupan yang tidak memberikan pengaruh positif bagi kehidupan orang lain adalah kehidupan yang tidak layak untuk dijalani.”
Kata-kata bijak ini hendak
mengajak dan mendorong kita untuk mempunyai hidup dan kehidupan yang berarti
bagi sesama. Sebuah kehidupan yang di dalamnya terpancar suatu kerinduan, tekad
dan kerja keras untuk melaksanakan panggilan rohaninya agar memberikan sesuatu
yang positi bagi kehidupan bersama.
Dalam II Timotius 4:16, Paulus menasihatkan dan mendorong Timotius, yang berusia muda saat itu, agar memperlihatkan suatu pola hidup yang berkualitas sehingga tidak ada seorangpun menganggap ia rendah karena ia muda.
Dalam II Timotius 4:16, Paulus menasihatkan dan mendorong Timotius, yang berusia muda saat itu, agar memperlihatkan suatu pola hidup yang berkualitas sehingga tidak ada seorangpun menganggap ia rendah karena ia muda.
Paulus dalam Roma 12:2,
menyatakan agar kita jangan serupa dengan dunia ini; tetapi kita diutus oleh
Kristus ke dalam dunia untuk menjadi saksiNya yang hidup. Oleh sebab itu,
sebagai pemuda-pemudi Kristen, kita tidak memisahkan diri dari dunia tetapi
mengikutsertakan diri dalam usaha Allah untuk mendatangkan Syalom, damai
sejahtera. Lingkungan kehidupan kita senantiasa berubah. Perubahan itu
memberikan tantangan pelayanan dan kesaksian yang baru kepada kita.
Ruang lingkup tugas panggilan
pemuda Kristen dapat digambarkan sebagai berikut:
·
Tugas panggilan yang berhubungan dengan Tuhan,
misalnya:
1.
Penyerahan dan persembahan diri
2.
Komitmen pelayanan
3.
Pertumbuhan rohani
4.
Menjaga dengan baik kualitas hubungan pribadinya
dengan Tuhan
·
Yang berhubungan dengan gereja:
1.
Mengembangkan rasa memiliki dan kebanggaan yang
positif terhadap gerejanya
2.
Partisipasi dalam kegiatan jemaat
3.
Menjadi batu hidup bagi pertumbuhan gereja
·
Yang berhubungan dengan dirinya sendiri:
1.
Pengembangan diri
2.
Pengembangan talenta
3.
Penghargaan terhadap hidup
·
Gambaran diri yang sehat
1.
Menjaga kesehatan jiwa dan pikiran
·
Yang berhubungan dengan kerja/karir:
1.
Pemahaman tentang kerja: Kerja bukan kutuk,
tetapi bagian hidup manusia
2.
Kejujuran, keteladanan, prestasi kerja
·
Yang berhubungan dengan keluarga:
1.
Turut menciptakan suasana rumah yang nyaman bagi
setiap anggota keluarga
2.
Berperan seperti embun yang menyegarkan dan
menyehatkan kehidupan setiap anggota keluarga
3.
Berperan sebagai minyak yang menguduskan dan
menuntun setiap anggota keluarga bertumbuh dalam kekudusan di hadapan Tuhan
·
Yang berhubungan dengan sesama manusia:
1.
Pandangan positif pada sesame
2.
Mengembangkan empati dan simpati kepada orang
lain
3.
Melihat sesama sebagai manusia yang juga
dicintai oleh Tuhan
4.
Mengambangkan kasih dan murah hati terhadap
sesama
Dengan demikian,
panggilan hidup pemuda tidak terbatas pada hal-hal yang sifatnya rohani. Tetapi
juga yang menyangkut aspek hubungannya dengan sesama dan dirinya sendiri.
Keseimbangan hidup panggilan itu melahirkan suatu pribadi yang kuat. Pribadi
yang tangguh. Pribadi yang siap memberikan hidupnya sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan bagi Tuhan.
Yesus berkata, “Kamu adalah garam
dan terang dunia” (Mat.5:13). Orang Kristen, termasuk orang muda di dalamnya,
harus asin. Ia harus berbeda dengan dunia. Kalau ia menjadi tawar (sama dengan
dunia), ia tidak berguna. Tetapi garam tidak berguna juga kalau tidak
dikeluarkan dari lemari. Garam perlu dicampur dengan makanan. Begitu juga orang
Kristen, tidak berguna kalau ia tidak mau berhubungan dan membangun suasana
kehidupan yang lebih baik dengan sesamanya. Biarlah segala sesuatu yang kita
lakukan dengan perkataan atau perbuatan itu semua kiranya mendatangkan
kemuliaan bagi nama Tuhan.
Kunci keberhasilan agar kita
dapat menjalankan tugas panggilan tersebut adalah Spiritualitas dan Integritas.
Apakah yang dimaksudkan dengan spiritualitas?
Apakah yang dimaksudkan dengan spiritualitas?
Spiritualitas adalah kehalusan
perasaan tentang Allah yang berbuah kualitas kehidupan yang sebagaimana
diperlihatkan oleh Yesus. Kualitas hidup itu terwujud dalam hubungannya yang
agung dengan Allah, hubungannya yang luhur dengan sesama dan hubungannya yang
mulia dengan dirinya sendiri. “Bagiku tidak ada yang lebih menggembirakan
selain bertemu dengan Allah lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajahNya kepada
orang lain” demikian kata Beethoven. Sikap kita terhadap diri sendiri, sesama
dan Tuhan mencerminkan kualitas spiritualitas yang ada dalam diri kita.
Sedangkan integritas memperlihatkan menyatunya antara tindakan dengan perkataan, menyatunya perbuatan dengan apa yang menjadi dasar keyakinan imannya. Dengan demikian, maka kita dapat memperlihatkan peran dan tugas panggilan kita dengan baik. Kita dapat memberikan dampak yang positif bagi sesama dalam hidup dan kehidupan kita. Hasilnya, hidup dan kehidupan kita menjadi bermakna.
Setiap pemuda Kristen harus dapat memperlihatkan sikap hidup yang memberi dampak positif bagi kehidupan sesamanya. Sebagai dampak perjumpaannya dengan Tuhan. Itu tugas panggilannya. Susunan inisial yang berbunyi “POWER” ini setidaknya akan membantu kita untuk mengingat apa saja yang perlu diperhatikan agar kita mengalami pertumbuhan rohani agar kita lebih bisa melatih diri kita menjadi lebih bijaksana dan mandiri dalam menyikapi kehidupan kita sebagai anak muda. Sehingga dapat menunjukkan dan melaksanakan tugas panggilannya.
Sedangkan integritas memperlihatkan menyatunya antara tindakan dengan perkataan, menyatunya perbuatan dengan apa yang menjadi dasar keyakinan imannya. Dengan demikian, maka kita dapat memperlihatkan peran dan tugas panggilan kita dengan baik. Kita dapat memberikan dampak yang positif bagi sesama dalam hidup dan kehidupan kita. Hasilnya, hidup dan kehidupan kita menjadi bermakna.
Setiap pemuda Kristen harus dapat memperlihatkan sikap hidup yang memberi dampak positif bagi kehidupan sesamanya. Sebagai dampak perjumpaannya dengan Tuhan. Itu tugas panggilannya. Susunan inisial yang berbunyi “POWER” ini setidaknya akan membantu kita untuk mengingat apa saja yang perlu diperhatikan agar kita mengalami pertumbuhan rohani agar kita lebih bisa melatih diri kita menjadi lebih bijaksana dan mandiri dalam menyikapi kehidupan kita sebagai anak muda. Sehingga dapat menunjukkan dan melaksanakan tugas panggilannya.
P : Pray (berdoa). Orang
Kristen yang mau bertumbuh dan rindu untuk menjalani kehidupan Kristennya
dengan baik, pasti selalu berkomunikasi dengan Allah melalui doa. Dalam doanya
itu ia mengungkapkan ucapan syukurnya, mengakui dosa-dosanya dan juga
menyampaikan permohonannya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Allah berjanji untuk selalu dekat dengan semua orang yang datang kepadaNya
dalam doa (Mazmur 145:18).
O : Obey (Ketaatan). Dalam
Yohanes 14:15, 21, 23 Yesus berkata bahwa ketaatan kita adalah tanda kasih kita
kepadaNya. Tetapi kita tidak akan mampu melakukannya dengan kekuatan sendiri.
Itulah salah satu alasan mengapa Dia memberikan Roh Kudus kepada kita (ayat 16,
17). Saat kita berserah kepadaNya, Roh Allah memberi kita kekuatan untuk
berjalan bersamaNya di dalam ketaatan.
W : Worship
(Ibadah). Sebagai pribadi, ia harus beribadah kepada Tuhan dalam pikiran,
perbuatan, doa-doanya dan lain sebagainya (Roma 12:1-2). Dalam kehidupan
berjemaat, ia mempersembahkan pujian kepada Allah bersama umat Allah yang
lainnya (Mazmur 111: 1; Ibrani 10: 24-25).
E : Evangelize
(Bersaksi). Kabar baik tentang Yesus Kristus harus dibagikan kepada orang
lain melalui kesaksian hidup kita sehari-hari.
R: Read, membaca (dalam hal ini
membaca Alkitab). Salah satu sumber pertumbuhan rohani yang mempengaruhi kita
secara langsung ialah Alkitab. Kita harus membaca Alkitab kita secara teratur
karena Firman Allah adalah susu sekaligus makanan keras rohani yang akan
menumbuhkan kerohanian kita ( II Timotius 3:16; I Petrus 2:2; Ibrani 5:12–14).
Alkitab memberitahu kita bagaimana kita harus hidup (Mazmur 119:105).
~~~ Tuhan Yesus Memberkati ~~~
0 komentar:
Posting Komentar