John Newton Penjual Budak
Di abad 18, ada seorang anak muda yang memiliki kehidupan yang begitu keji, yaitu bekerja sebagai kelasi kapal dagang. Namun yang mereka jual bukanlah barang seperti rempah-rempah, kain atau keramik, melainkan manusia. Mereka pergi ke Afrika, membeli laki-laki, wanita dan anak-anak dengan harga murah, lalu dijual sebagai budak ke Inggris, Amerika dan negara-negara barat lainnya.
Keuntungan yang mereka dapat sangat besar, karena dijual di Eropa, harga budak-budak itu naik enam kali lipat. Para budak itu dijadikan pekerja kasar di ladang maupun sebagai pembantu yang harus mau disuruh bekerja apa saja, kapan saja dan di mana saja.
Tentu saja orang-orang Afrika itu menolak saat ditangkap untuk dijual sebagai budak. Para pedagang budak memakai kekerasan untuk mengejar dan menangkap mereka. Kaki dan tangannya dirantai lalu diseret ke kapal. Di kapal mereka diperlakukan seperti binatang, misalnya kapal yang memiliki daya tampung 450 budak, diisi paksa menjadi 650 budak, sehingga mereka sulit bernapas, maupun memutar badan.
Bau kotoran dan muntahan yang menyengat , ditambah jeritan kesakitan, erangan mereka yang sekarat, membuat situasi di kapal budak itu menjadi sangat mengerikan. Banyak di antara mereka yang menjadi cacat seumur hidup karena dirantai sedemikian rupa saat di kapal. Banyak pula yang mati karena cacar dan disentri, sebelum mereka sampai tujuan. Kadang tingkat kematian mareka bisa mencapai 30 persen atau lebih. Itulah dulu dilakukan oleh John Newton, pria Inggris, yang lahir di tahun 1725.
Memang sewaktu John Newton kecil, ia diajari tentang ayat-ayat Alkitab oleh ibunya, namun ibunya meninggal saat dia berusia 7 tahun. Pada waktu umur 11 tahun dia ikut kapal dagang ayahnya, yang berdagang barang-barang secara wajar. Beberapa tahun kemudian, John berpindah-pindah kapal dan akhirnya bekerja di kapal pengangkut budak. Kehidupan John Newton yang tidak lagi bersama ayahnya membuat dia mengumpat, memaki-maki, mengutuk bahkan mengeluarkan segala macam sumpah serapah termasuk menyumpahi Allah. John Newton bersikap kurang ajar dengan menjadikan Injil sebagai bahan tertawaan. Dia juga mempengaruhi teman-temannya agar mereka pesta minuman keras sampai mabuk.
Bertobat Karena Badai
Suatu ketika di tahun 1748, John Newton mengalami kejadian yang sangat menakutkan. Kapal “Kreyhound” tempat di mana dia bekerja mengalami hantaman badai laut yang sangat ganas. Seluruh awak kapal mengupayakan supaya kapal tidak tenggelam di Laut Atlantik yang sedang marah itu. Dalam keadaan panik dan takut serta kepayahan, John Newton tanpa berpikir panjang lagi berseru: “Tuhan, kasihilah kami”. Tiba-tiba dia sadar bahwa dia tidak pernah berdoa sejak masa kanak-kanaknya
Dia ragu-ragu, apakah Allah mau mendengarkan doa seorang yang begitu jahat seperti dirinya. Tujuh hari berlalu dan daratan tetap belum tampak, padahal persediaan makanan sudah nyaris habis. Apalagi ada seorang kelasi yang meninggal karena terbawa arus. Nahkoda pun sangat cemas, dia serta semua kelasi menuduh John Newtonlah penyebab malapetaka ini, karena dia paling sering menghujat Tuhan. Seperti Yunus dalam Alkitab, John Newton dianggap sebagai penyebab malapetaka ini.
John takut kalau-kalau mereka akan melemparkan dia ke laut yang ganas untuk menenangkan badai, padahal dia tidak bisa berenang. John Newton diam-diam mulai memikirkan masa lalu dan masa depannya, lalu dia mengingat ayat Alkitab yang pernah diajarkan oleh ibunya sewaktu dia masih kecil, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang disorga! Dia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memintanya kepada-Nya.” (Lukas 11:13).
Lalu John Newton berdoa dengan gigi yang terkatup: “Ya Allah jika Engkau benar, Engkau pasti menepati janji-Mu. Sucikanlah hatiku yang kotor ini.” John lalu membaca buku ‘Imitation of Christ’ karya Thomas A. Kempis. Kedua peristwa tersebut dipakai Roh Kudus untuk menanamkan benih pertobatan dalam hatinya. Setelah empat minggu, kapal Greyhound dengan susah payah memasuki pelabuhan Irlandia. John Newton pun pergi ke gereja dan di sana dia menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Setelah itu John Newton naik kedudukannya menjadi nahkoda kapal. Walau sudah menjual manusia, dia memperlakukan para budak itu dengan lebih manusiawi. Bahkan John Newton setiap hari Minggu memimpin ibadah di kapalnya, melayani tiga puluh anak buahnya. Dia mau menjadi anak Tuhan dan bisa diteladani.
Lama kelamaan John Newton menyadari bahwa menjual manusia sebagai budak itu adalah perbuatan yang sangat tercela. Karena orang-orang Afrika itu juga diciptakan serupa dengan gambar Allah, dan mereka pun sangat dikasihi Allah. Maka dia berhenti dari pekerjaannya itu dan mencari pekerjaan lain. Dia juga belajar bahasa Ibrani serta Latin secara otodidak. Namun saat melamar untuk ditahbiskan menjadi pendeta, berkali-kali permohonannya ditolak, karena dia memiliki masa lalu yang sangat keji. Akhirnya saat berumur 39 tahun, dia ditahbiskan sebagai pendeta dan melayani di Olney, sebuah kota dekat Cambridge, Inggris.
Mengarang Lagu Kesaksian ‘Amazing Grace’
Untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga Allah yang telah menyelamatkan hidupnya dari kebusukan, John menulis sebuah suair lagu ‘Amazing Grace’. Dalam bahasa Indonesia lagu ini diterjemahkan menjadi ‘Sangat Besar Anugerah-Nya’ atau ‘Ajaib Benar Anugerah’. Kata-kata lagu tersebut sungguh menyatakan kasih karunia Allah kepada mantan penjual budak tersebut.
Amazing Grace how aweet the sound
(Betapa menakjubkan anugerah yang diberikan)
That saved a wretch like me
(Yang telah menyelamatkan seorang penjahat busuk seperti diriku)
I once was lost but now I’m found
(Dulu aku terhilang, tetapi sekarang telah ditemukan-Nya)
Was blind but now I see
(Dulu aku buta (rohani), tetapi kini aku melihat (keselamatan kekal)
Lagu ini diberi melodi lagu rakyat Amerika, yang diharmonisasi oleh seorang penginjil bernama Edwin O.Excell. Syair lagu ‘Amazing Grace’ ini menjadi kesukaan umat Kristen di seluruh dunia. Rasanya tidak ada satu orang Kristen pun yang tidak kenal dengan lagu ini. Bukan hanya sampai disitu saja, pada tahun 1785, Edwin O. Excell bersama William Wilberforce, seorang parlemen Inggris memperjuangkan rancangan undang-undang Penghapusan Perdagangan Budak di seluruh kerajaan Inggris raya. Kisah perjuangan penghapusan perdagangan budak ini oleh Wilberforce sudah difilmkan dengan judul ‘Amazing Grace.’ Wilberforce diperankan oleh aktor Albert Finney.
Akhirnya pada tanggal 25 Maret 1807, Rancangan Undang Undang Penghapusan Perdangangan Budak itu disahkan oleh parlemen.
Dan beberapa bulan kemudian, tepatnya 21 Desember 1807, John Newton pulang ke rumah Bapa di Sorga. Dan walaupun sudah 200 tahun lebih, lagu John Newton ‘Amazaing Grace’ terus melayani manusia, menjadi sarana bagi Roh Kudus untuk membawa orang-orang yang terhilang mendapatkan keselamatan dalam Kristus dan kembali kepada Bapa, dan membuat mereka yang dahulu buta secara rohani, kini dapat melihat kasih agape dari Allah..
^_^
0 komentar:
Posting Komentar